Friday, November 25, 2011

Moment Healing


TUGASKU SEBAGAI HAMBA TUHAN

I.                   Pemeliharaan Jiwa
Pemeliharaan jiwa, atau pelayanan pastoral, terdiri dari tindakan-tindakan pertolongan yang dilakukan atas nama gereja, dan yang menjurus kepada penyembuhan, pendampingan, bimbingan, dan perdamaian orang-orang yang bermasalah, khususnya berhubungan dengan masalah-masalah yang paling pokok dan mendasar dalam kehidupan manusia. Atas nama gereja berarti bahwa tindakan pastoral tidak selalu jatuh sama dengan apa yang kita buat sebagai orang pribadi, sebagai anggota masyarakat, anggota keluarga, dan seterusnya.  Dalam pastoral kita mewakili gereja dan menjadi wadah bagi keprihatinan gereja terhadap manusia.  Kalau hal ini tidak diperhatikan, dari satu segi kita bisa mencampur-baur kepentingan pribadi dengan pelayanan gerejawi dan karena itu dicurigai oleh jemaat.  Dari segi yang lain jemaat bisa mendapat kesan bahwa kita melayani oleh karena kebaikan hati kita pribadi dan bukan karena Kristus.  Sedangkan tujuan yang sebenarnya dari semua penggembalaan ialah supaya Allah dipermuliahkan baik dalam tindakan kita sebagai pelayan maupun dalam kehidupan mereka yang dilayani. Pastoral secara khusus ditujukan kepada mereka yang bermasalah, bukan saja mereka yang bersalah.  Permasalahan yang dimaksud bisa berhubungan dengan suatu krisis (sakit, duka cita, perkelahian) atau suatu tahap perkembangan yang membawa perobahan yang mendasar (kebingungan remaja, pernikahan, rasa kehilangan oleh orang yang baru pensiun, dsb.).  Yang penting di sini bahwa pastoral bukan sekedar alat disiplin gerejawi yang dikhususkan bagi orang yang melanggar peraturan.  Pelayan pastoral bukanlah polisi gerejawi.
Tujuan pastoral secara konkrit akan bergantung pada situasi warga jemaat masing-masing, tetapi di sini dirumuskan empat tujuan yang umum:
1.      Penyembuhan:  Kata Yunani“ ;swsen“( sw,|zw save (of Christian salvation); save, rescue, deliver; keep safe, preserve; cure, make well)yang dipakai dalam Perjanjian Baru untuk keselamatan juga berarti penyembuhan (lih.Titus 3:5).  Dalam P.B. kesejahteraan jasmani tidak begitu dibedakan dengan kesejahteraan rohani. Dalam penyembuhan ada dua hal yang perlu diperhatikan:
a.       Walaupun perhatian kita paling diarahkan kepada iman, namun kita tidak bisa melepaskan diri dari soal perawatan untuk menentukan bahwa semua sarana dan fasilitas kesehatan yang tersedia sudah dimanfaatkan.
b.      Tidak semua orang sakit dapat sembuh. Yang penting, kita berusaha supaya kalau sembuh atau sakit, iman jemaat tetap bertahan dan diperkuat (lihat Roma 8.35-39).  Doa yang lebih mengutamakan penyembuhan secara jasmani daripada iman. Kalau orang berdoa, lalu yang sakit sembuh, itu tidak berarti ada karunia yang khusus bagi mereka yang berdoa.  Allah yang menyembuhkan, bukan doa, entah doa oleh pendeta, penatua, kelompok doa atau dukun. 

2.      Pendampingan, Kata "pendampingan" dipakai di sini untuk menekankan bahwa kita tidak tarik dari muka atau mengejar dari belakang, melainkan berjalan di sampingnya sebagai kawan seperjalanan.Orang yang bermasalah seringkali rasa seperti dikucilkan, ditinggalkan oleh orang lain.  Ada orang yang menganggap bahwa mereka yang "bersalah" atau dikenakan siasat tidak layak menerima pelayanan Rohani, termasuk pelayanan pastoral.  Tugas seorang gembala adalah untuk mendampingi dan menemani mereka yang seolah-olah tidak ada teman lagi (band.  Lukas 5.29-32, 15.3-7).  Itu tidak berarti bahwa kita mendukung kesalahan-kesalahan mereka, tetapi kita mencari kebaikan yang masih ada pada mereka dan mendukung itu.

3.      Bimbingan: Bukan saja orang yang sesat perlu dibimbing, tapi juga mereka yang bingung.  Dan siapa diantara kita tidak bingung pada saat-saat tertentu?  Yang penting di sini kita membimbing orang bukan untuk ikut kemauan kita, tetapi bersama-sama mencari jalan yang tepat bagi mereka.  Percuma orang dibimbing untuk ikut jalan ke tempat di mana mereka tidak mau atau tidak mampu pergi!  Bimbingan yang dimaksud paling banyak terwujud dalam memberi informasi atau alternatif-alternatif pada jemaat, atau membantu menjernihkan kenyataan yang sementara dihadapi.

4.      Perdamaian,  Sebagian besar masalah-masalah pastoral bukan menyangkut diri satu orang saja, tetapi melibatkan beberapa fihak, entah suami dengan isteri, anak dengan orang tua, keluarga dengan keluarga, atau suku dengan suku. Tujuan pastoral di sini ialah untuk mendamaikan satu dengan yang lain supaya kembali sehati sepikir dalam persekutuan gereja atas dasar kasih Kristus.  Tidak mungkin kita ambil sikap "asal tenang saja."  Nabi Yeremiah sudah menegur mereka yang "mengobati luka umatKu dengan memandangnya ringan, katanya: Damai sejahtera!  Damai sejahtera!, tetapi tidak ada damai sejahtera" (Yer.6.14).  Proses perdamaian menuntut suatu pemahaman bersama yang sampai pada akar permasalahan.  Dengan demikian, gembala sebagai pendamai tidak mungkin menghindari pokok-pokok pertengkaran yang ada dalam jemaat, melainkan dia harus menghadapinya dengan sabar, teliti, dan bijaksana.

5.      Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan Pastoral (Moment Healing)

a.       Pastoral bukan saja soal kutip ayat dan memberi nasihat.  Ia lebih mengutamakan percakapan, komunikasi timbal-balik. Pastoral adalah sejenis hubungan atau relasi diantara kita dan pasien.  Relasi itu bukan berdasarkan jabatan atau tugas, melainkan atas dasar kasih dalam persekutuan tubuh Kristus.
b.      Pastoral tidak bersifat sementara, berhubungan dengan acara-acara yang khusus.  Sebagai suatu relasi, pastoral berjalan hari demi hari sepanjang kita bersama-sama dalam persekutuan.  Justru hubungan yang diciptakan melalui pergaulan sehari-hari yang paling memungkinkan efektifitas dari pastoral kita pada saat timbulnya krisis atau kasus dalam diri pasien.  Menunggu sampai ada masalah baru kita masuk berarti kita sudah terlambat.  Pastoral seharusnya dilihat sebagai satu aspek yang tetap dalam kehidupan.
c.       Pastoral tidak sama dengan pemecahan masalah.  Banyak pelayan kalau berhadapan dengan jemaat yang bermasalah merasa seperti harus memberikan jalan keluar, kalau tidak dianggap penggembalaan itu gagal.  Tetapi bukan semua masalah ada jalan keluar, dan bukan semua jalan keluar sesuai dengan iman Kristen.  Nona sudah jadi hamil di luar pernikahan dan tidak ada laki-laki yang mau bertanggung jawab:  jalan keluarnya bagaimana?  Menggugurkan kandungannya?   Memaksa dia untuk nikah dengan orang yang tidak dicintainya?  Masalah seperti ini sebenarnya tidak ada jalan keluar, hanya ada jalan melalui pengalaman yang pahit itu kepada suatu kedewasaan iman yang lebih baik.  Dan peranan kita adalah menjadi pembimbing dan pendamping di perjalanan itu.
II.                Petunjuk Praktis
1.      Persiapan: Perlu kita tahu beberapa hal lebih dahulu:
a.       Situasi orang yang dikunjungi
b.      Suasana apa yang sedang dialaminya
c.       Hubungannya dengan gereja selama ini.
d.      Berdoa dan membaca bagian-bagian Alkitab yang ada hubungan dengan permasalahan yang dihadapi.
e.       Memeriksa diri untuk membetulkan sikap yang akan kita bawa ke dalam perjumpaan dengan jemaat, dan berusaha untuk menghilangkan segala prasangka dan kecenderungan untuk menghakimi.
2.      Penampilan seorang pelayan:
a.       Mendengarkan secara aktif dan empatis.  Pada umumnya manusia mau didengarkan sebelum dia mau mendengar.  Secara aktif berarti bahwa kita tidak hanya duduk santai-santai dan membiarkan mereka omong, tetapi kita secara aktif membantu mereka untuk mengungkapkan perasaan mereka melalui pertanyaan-pertanyaan yang tepat dan tanggapan-tanggapan yang menunjukkan apakah ungkapan mereka sudah kita fahami atau belum. Secara empatis berarti bahwa kita turut merasakan apa yang dirasakan oleh jemaat.  Kita hadir sepenuhnya sebagai pendamping mereka, dan kita "bersukacita dengan orang yang bersukacita, dan menangis dengan orang yang menangis" (Roma 12.15).
b.      Menghargai dengan tak terbatas.  Pada umumnya orang akan lebih terbuka dengan seorang sahabat daripada kalau dihadapan polisi atau hakim, dan orang juga lebih gampang menerima teguran seorang teman daripada serangan seorang musuh. Kalau dalam Alkitab kita disuruh untuk membenci dosa, kita juga diperintahkan untuk mengasihi orang yang berdosa.  Justru bagi merekalah Kristus rela disalibkan.  Mungkin dalam seluruh Perjanjian Baru tidak ada seorangpun yang bertobat karena dimarahi oleh Kristus, tetapi banyak bertobat karena dikasihi Kristus.  Hal ini berarti bahwa segala usaha untuk mencegah dan mengoreksi dosa-dosa jemaat harus bertolak dari kasih Kristus itu.  Secara praktis hal ini perlu diwujudkan dalam pastoral dengan membuktikan pada jemaat melalui sikap dan penampilan kita bahwa kita ada maksud yang baik bagi mereka, dan mereka tidak akan ditolak atau dibenci oleh kita betapapun berat kesalahan mereka.  Hanya kalau jemaat sudah yakin akan penghargaan kita terhadap mereka dapat mereka menerima peneguran dari kita dengan baik (band. Amsal 27.6: "Seorang kawan memukul dengan maksud baik").  Memang Yesus pernah mengatakan kepada seorang wanita yang berzinah, "Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi", tapi sebelumnya Ia mengatakan, "Akupun tidak menghukum engkau" (Yoh. 8.11).
c.       Keaslian.  Yang dimaksudkan dengan "keaslian" di sini ialah bahwa kita hadir dengan pasien sebagai sesama manusia yang juga ada kekurangan dan kelemahan.  Kita hadir "apa adanya" dan memberi diri untuk dikenal oleh pasien.  Bagaimana mungkin kita mengharapkan jemaat terbuka dengan kita kalau kita tidak terbuka dengan mereka?  Ada kecenderungan untuk seorang pelayan menyembunyikan diri di belakang toga atau jabatannya dan tampil sesuai dengan suatu impian tentang pelayan "yang seharusnya".  Hal ini tidak membantu, karena segala unsur "ketidakaslian" dalam penampilan kita cepat sekali dirasakan oleh pasien sebagai semacam kemunafikan.  Pasien membutuhkan kehadiran dan pendampingan seorang manusia yang sejati, dan bukan semacam malaikat tiruan.  Kita harus berani membuka topeng, justru supaya pribadi kita yang "asli" dapat dikenal dan daya layan yang ada pada diri kita dapat dimanfaatkan dalam pastoral.

No comments:

Post a Comment