REFLEKSI TEOLOGIS Atas Kehidupan Petani Kristen yang Miskin
•Realitas:
-Kaum miskin merasakan bahwa gereja saat ini meninggalkan atau melupakan mereka.
-Gereja memiliki pemahaman bahwa para majelis gereja, bukan diri mereka (jemaat yang ditindas).
-Gereja (majelis gereja) tidak mampu berbuat apa-apa untuk melepaskan mereka dari ketertindasan mereka.
-Gereja hanya mengurusi bidang kerohanian, namun tidak menyentuh kehidupan mereka.
•Lalu orang miskin bertanya:
- Dimana Allah yang selama ini diberitakan di gereja? Apakah memang benar Allah Pengasih dan Penyelamat itu memang ada? Mengapa Ia tidak membebaskan kami dari ketertindasan yang telah lama kami alami? Mengapa Ia berpihak pada penindas kami?
- Sepertinya khotbah tentang Allah hanya sekedar melegakan sementara dari penderitaan?
- Apakah pergi ke gereja hanya sekedar formalitas saja? Karena itu yang biasa dilakukan.
Refleksi Teologis
1. Gereja adalah persekutuan orang-orang
yang mengikuti Yesus.
Dalam Yohanes 1:35-42 (Pemanggilan murid-murid
yang pertama), Yesus datang kepada orang
yang terpinggirkan atau orang-orang
yang lemah untuk mengikutnya atau menjadi muridnya. Artinya, Yesus datang kepada mereka untuk membebaskan sekaligus menjadikan mereka pengikut Yesus atau orang-orang percaya serta menjadikan mereka pemberita Injil keselamatan itu kepada kaum lemah.
Sehingga, mengikut Yesus berarti hadir di tengah dunia untuk memproklamasikan Kerajaan
Allah bagi semua orang melalui kaum lemah. Dalam situasi termarjinalisasi
yang dialami oleh orang miskin, keputusan mereka untuk mengikut Yesus berarti keputusan untuk mengambil tempat dalam kerajaan kehidupan. Menjadi pengikut Yesus akan menghasilkan perjuangan atas kehidupan. Meskipun perjuangan itu harus dibayar dengan penderitaan dan kematian dan menjadi siap untuk memikul salib (Mrk.
8:35).
2. Gereja dipanggil keluar untuk pembebasan
Gereja adalah perwujudan Kristus. Ajaran-Nya bukan hanya
diucapkan, tetapi juga untuk diperlihatkan secara nyata di dalam kehidupan
masyarakat. Ada juga yang berpendapat bahwa Gereja adalah bukan gedungnya tetapi
orangnya, itulah Gereja yang sebenarnya meskipun ada juga yang melihat Gereja
itu dari gedung gereja itu sendiri.
Gereja yang berasal dari kata Yunani “ekklesia”
yang berarti jemaah atau
paguyuban umat beriman. Karena itu unsur utama dalam Gereja adalah persekutuan
batin orang-orang yang mempunyai iman sama, dalam hal ini kepada Allah, yang
dipercayai menyelamatkan manusia. Kemiskinan adalah kebebasan untuk sepenuhnya
melayani Allah (Mrk 10:21).
B. Allah: Pembebas dan Penyelamat
Allah memiliki misi pembebasan dan Penyelamatan. Ini nampak dalam pengalaman umat Israel yang tertindas di Mesir menjadi saksi bagi iman kita bahwa Allah-lah yang sebenarnya bertindak sebagai pembebas bagi kaum tertindas. Teriakan perbudakan dan penindasan di Mesir di dengar Allah dan Allah bertindak membebaskan umat Israel. Uniknya pembebasan yang dilakukan Allah itu dengan memakai sarana diri penindas (bidan-bidan Mesir) dan kaum tertindas itu sendiri (Musa dan Harun).
Pembebasan Israel menunjukkan bahwa Allah terlibat dalam politik dalam sejarah manusia. Allah menembus struktur yang ada pada manusia.
Dan Ia membebaskan manusa yang tertindas secara politik itu menuju pada pembangunan manusia yang adil.
Sehingga, ini memberikan pengharapan bagi orang yang
tertindas pada keselamatan dari Allah itu.
C. Yesus: Misi Yesus dan Pemihakan Pada Orang Miskin
Misi Yesus: Mewujudkan Kerajaan
Allah
Dalam Injil terlihat bahwa Yesus bahwa Allah mengutus Yesus untuk menyelamatkan umat manusia. Bagaimana Ia datang ke dunia? Ia datang tidak dengan gemilang kemuliaan dan kemewahan, tetapi justru mengambil rupa seorang seorang manusia biasa lewat Maria. Seperti dikisahkan dalam synopsis, Ia lahir di kandang yang hina. Ia pun mengosongkan diriNya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia (Fil.2:6-7). Semua ini ditempuhNya supaya manusia bisa bersambung dengan Dia da dengan kabar gembira yang dibawaNya.
Kabar gembira
yang dibawa Yesus adalah mewujudkan kerajaan
Allah. Gambar kerajaan Allah adalah Allah yang meraja dan
yang membebaskan manusia dari segala belenggu
yang mengikatnya. Tanda-tanda wujud hadirnya Kerajaan
Allah itu adalah: “Kabar baik bagi yang miskin, pembebasan bagi orang
yang ditawan, penglihatan bagi
yang buta, pembebasan bagi
yang tertindas” (Luk.
4:16-19). Misi inilah
yang dilaksanakan Yesus dalam seluruh hidupNya, lewat tindakan dan kata-kataNya.
Sehingga dari
situ jelas bahwa Yesus membawa kabar gembira bagi yang miskin, terlupakan dan terpinggirkan. Dia merekrut para nelayan
yang sederhana, mendekati para pemungut cukai, menyapa orang
Samaria, menghibur
yang berduka, menyembuhkan
yang sakit, memberimakan orang
yang lapar, dsb.
Di
satu pihak, tindakan Yesus ini membawa kegembiraan bagi orang-orang miskin dan terlupakan, namun di pihak
lain ada sekelompok orang
yang tidak senang dengan terwujudnya Kerajaan
Allah itu (pembebasan bagi orang miskin) dan berusaha menghalangi terwujudnya kerajaan itu. Ini dilakukan demi kepentingan mereka, yakni kaum Farisi, Penguasa Romawi, dll. Namun apakah Yesus gentar dengan penguasa dan orang-orang
yang berpengaruh ini? Tidak! Bahkan Ia akhirnya menerima konsekuensi salib atas keteguhan menjalankan misi
Allah itu.
•Peristiwa Salib: Puncak Solidaritas YEsus
Perjalanan Yesus memikul salib ke golgata adalah bukti kekonsistenan Yesus pada pilihanNya yang mengutakamakan kaum miskin dan kaum terpinggirkan. Solidaritas Yesus mencapai akhir dan puncaknya dalam wafatNya (kebangkitanNya). Yesus disalibkan bersama-sama orang-orang yang mengotori atau merusak masyarakat. Mereka adalah perampok, pembunuh, pemberontak atau pencuri. Yesus dimasukkan bersama mereka dan menjadi senasib dengan mereka. Salib adalah lambang kebodohan dan kekalahan bagi orang-orang yang anti kerajaan Allah, tetapi bagi yang percaya akan datangnya kerajaan Allah, dalam situasi paling buruk iman dan harapan menjadi kekuatan.
No comments:
Post a Comment