MENGUSIR SETAN-SETAN DEMI NAMA YESUS KRISTUS
(Studi Historis Kritis Terhadap Markus 16:17)
1. Pendahuluan
Markus mencatat pelayanan Yesus di muka umum
ternyata diawali denan kejadian mengenai roh jahat. Ketika Yesus bersama
murid-muridnya di Kapernaum, dan mengajar di dalam rumah ibadat, saat itu ada
seorang yang kerasukan roh jahat. Pada saat itu juga Yesus menghardikkannya,
kata-Nya, “Diam keluarlah dari padanya!” roh jahat itu menggoncang-goncang
orang itu, dan sambil menjerit dengan suaranyaring roh jahat itupun keluar dari
badan seorang yang kesurupan tersebut. Orang-orang disekitarnya takjub melihat
perbuatan Yesus tersebut. Mereka takjub karena Yesus memiliki kuasa untuk
memerintah roh jahat itu dan roh jahat itupun tunduk kepada-Nya. Kemudian
ketika Yesus berada dirumah Simon menyembuhkan ibu mertua simon, pada saat
menjelang malam dibawalah kepada Yesus orang yang menderita sakit dan yang
kerasukan setan. Yesus pun menyembuhkan orang-orang yang sakit itu dan mengusir
banyak setan dari orang yang kerasukan setan tersebut. Setelah itu Yesus juga
pergi ke tempat-tempat lain, kekota-kota yang berdekatan untuk memberitakan
Injil dan mengusir setan-setan.[1] Yesus
juga mengusir setan dari tubuh seorang anak perempuan, anak perempuan dari
seorang perempuan Yunani bangsa Siro Fenesia, yang datang menjumpai Yesus.[2] Maksud injil markus ialah
memproklamasikan kabar baik tentang kemenangan Allah atas segala kuasa jahat.
Kemenangan ini diwujudkan di dalam dan oleh Yesus Kristus, dan berlaku untuk
seluruh dunia.[3]
Berdasarkan isi injil Markus tersebut
kemudian penulis tertarik terhadap bagian Markus 16:17 menyebutkan, “tanda-tanda ini akan
menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi
nama-Ku. Selama hidupnya, Yesus melakukan berbagai tanda dan keajaiban sambil bersabda. Yesus berjanji bahwa
tanda-tanda akan menyertai mereka yang percaya yang sudah disebut dealam ayat
sebelumnya. Timbul kesan bahwa ucapan ini tidak mengacu kepada mujizat-mujizat
yang dilakukan dengan perantaraan rasul-rasul, tetapi yang akan dilakukan oleh
para pendengar mereka yang sudah percaya. Teks tidak mengatakan bahwa “kamu
akan mengusir setan-setan”, tetapi teks mengatakan bahwa “mereka akan mengusir
setan-setan. Olehkarena itulah muncul pertanyaan dalam pikiran penulis kepada
siapakah mengacu kata menyertai yang muncul pada ayat tersebut? Seperti
apakah tanda-tanda yang dapat melakukan pengusiran setan tersebut?.
Dalam
Markus 16:17, dinyatakan bahwa pemberitaan Injil akan dikuatkan oleh
tanda-tanda. Kata kerja “menyertai” mengandung petunjuk mengenai kegiatan orang
percaya itu: pada saat itu orang percaya itu sedang akan melakukan perjalanan
memberitakan Injil. Pada generasi kemudian setelah generasi para rasul pun tanda-tanda
itu akan tetap menyertai pengkabaran Injil, kecuali mereka mengeraskan hatinya
dan tidak mau percaya, seperti halnya ada beberapa murid pada awalnya menutup
dirinya terhadap laporan-laporan mengenai penampakan diri juruselamat yang
hidup.[4]
Yesus
datang bukan untuk memamerkan kekuatan gaib-Nya dalam perjuangan melawan
setan-setan, melainkan untuk membebaskan manusia dari pendakwa mereka yaitu
iblis. Dengan mengusiran roh jahat (setan) dari diri manusia dan membebaskan
manusia masih hanya menunjukkan perbuatan Yesus sebagian kecil. Pengikatan
iblis oleh Yesus begitu lengkap, sehingga membawa pengampunan sepenuhnya bagi
semua orang berdosa. Penyembuhan atau pelepasan dari kuasa setan masih sekedar
tandanya. Yang paling utama ialah bahwa manusia akan beroleh pengampuan segala
dosa, bahkan juga terlepas dari dosa hujat, yang menurut hukum taurat membawa
kedalam hukuman mati.[5]
Setiap
kali Yesus mengutus seseorang untuk memberitakan Injil Ia selalu secara khusus
memerintahkan dan memperlengkapi orang itu untuk melawan roh-roh jahat dengan
cara yang sama seperti yang dilakukan-Nya sendiri. Yesus sendiri bertindak
sangat praktis dalam menghadapi roh-roh jahat. Ia juga menekankan betapa
pentingnya pelayanan mengusir setan setan ini ketika berkata, “ tetapi jika Aku
mengusir setan dengan kuasa Roh Allah maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah
datang kepadamu” (Mat.12:28). Dengan mengusir roh-roh jahat Yesus melakukan
sesuatu yang belum pernah terjadi dimasa Perjanjian Lama.[6]
Kerasukan setan artinya ada setan yang masuk dan
tinggal didalam diri seseorang. Setan itu kerjanya menghalang-halangi pekerjaan
Yesus. Olehkarena itu di mana pun Yesus bekerja, setan-setan tersebut mau
memperlihatkan kuasanya. Di masa hidup Yesus ada beberapa orang yang kerasukan
setan. Penyakit gangguan jiwa atau gila sangat mirip sekali dengan penyakit
kerasukan setan. Serangan si setan berpengaruh besar terhadap jiwa dan badan
manusia. Tetapi kuasa Yesus lebih besar dari pada kuasa si setan.[7]
Pada akhirnya kuasa Yesus lebih besar dari pada
kuasa si setan, dapat dibandingkan
dengan surat kiriman paulus kepada jemaat di Efesus, yangmana pesan
terakhir Paulus dalam surat Efesus 6:10 dengan jelas menunjukkan bagaimana
hidup jemaat seharusnya dalam situasi peperangan rohani tersebut. pada
permulaan ini Paulus ingin setiap jemaat mempersiapkan diri mereka
masing-masing, yaitu dengan menerima kekuatan dari Tuhan. Panggilan untuk
menjadi kuat dituliskan Paulus dengan menggunakan bentuk pasif (NA 27: evndunamou/sqe;
KJV: be strong), dengan demikian jemaat menerima kuasa Tuhan dan hanya dengan
kuasa itu jemaat menghadapi peperangan iman. Kemudian Paulus juga menjelaskan
bahwa kekuatan dari Tuhan tersebut hanya ditemukan dalam hubungan kepercayaan
di dalam Yesus Krisus yang adalah Tuhan (NA 27: evn kuri,w|: di dalam Tuhan). Dengan demikian
untuk dapat berdiri dan menghadapi peperangan iman, jemaat harus senantiasa
memiliki hubungan dan kepercayaan terhadap Tuhan, sehingga kemudian mendapatkan
kekuatan yang daripada-Nya[8].
Demikianlah
kemudian pembahasan dalam penulisan ini akan mengungkapkan lebih dalam lagi
tentang peperangan iman jemaat Kristen yang dengan kuasa Allah melawan para
musuh yang menguasai dunia, demi tercapainya kemenangan dan terciptanya kedamain
di dunia. Oleh karena itu penulis akan melanjutkan penulisan di dalam
sistematika yang telah disusun dan dengan judul tulisan ini:
[7] J.H.
Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah;
Perjanjian Baru, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2007: hlm. 201-202
[8] Bnd., Andrew T. Lincoln, World
Biblical Commentary: Ephesians, Word books Publisher, Dallas 1990: hlm. 441
2. LANDASAN
TEORI
2.1 Studi Etimologi
dan Terminologi
2.1.1 Studi
Etimologi
1.
ekbalou/sin
ekbalou/sin kata kerja future indikatif
aktif orang ke tiga jamak, dari kata dasar ekβάλλω (mengeluarkan, mengusir,
melemparkan keluar), yang artinya adalah “mereka akan mengeluarkan, mengusir,
melemparkan keluar”.[1] kata evkbalou/sin juga mengandung arti menuntun setan-setan untuk
keluar, karena kata evkβάλλω juga
digunakan sebagai suatu perintah pengusiran secara paksa. evkba,llw juga diartikan “to throw out” (melemparkan ke luar), “to expel”
(mengeluarkan, memaksa keluar), “to repel” (memukul mundur, menolak, mengusir),
“to cast out” (melemparkan keluar). evkba,llw biasanya menunjukkan suatu perlawanan untuk menyerbu
musuh, misalnya dari dalam suatu pemerintahan. Tetetapi dipakai juga untuk
pengusiran setan, iblis ataupun jin.[2]
2.
daimo,nia
daimo,nia kata benda neuter akusatif
jamak, dari kata dasar daimo,nion (roh jahat, setan), yang artinya adalah “roh-roh jahat, setan-setan”.[3] daimo,nia ialah
“dewata” atau “dewa” merupakan khatib atau pendeta dari dewa-dewa yang tidak
dikenal. Ialah “setan” , “roh jahat”, yang merupakan mahluk bebas dan yang
menempati posisi diantara kemanusiaan dan ketuhanan. Dikatakan jika setan
memasuki tubuh seseorang maka akan menimbulkan penyakit misalnya gangguan
mental. Olehkarena itu penyembuhan seseorang yang mengalamu gangguan mental itu
digambarkan sebagai pengusiran setan-setan ( ekbalou/sin)[4]
3.
en tO
ono,mati,
en (kata depan “di dalam”) + tO (kata
sandang tentu neuter datif tunggal) + ono,mati, (kata benda neuter datif
tunggal dari kata dasar ovno,ma “Nama”), yang artinya “di dalam namanya”.[5] “Nama”
yaitu dari diri seseorang atau dari sesuaty yang digunakan hanya untuk
menyebutkan seorang manusia dirumah. Setiap manusia memiliki nama yang
diberikan oleh orang tuanya. Di dalam evn tw/| ovno,mati tidak ditemukannya jenis dari seseorang tersebut.
Seperti misalnya di dalam kata evpi tw/ | ovno,mati tinos, ada terdapat sebutan, ada tandanya, atau ada secara jelas sebutan nama
seseorang. “Nama” juga digunakan untuk menunjukkan suatu repputasi.[6]
Apabila seseorang atasan menjalankan otoritasnya, maka pemberian “nama” itu
menandakan bahwa orang yang diberikan nama sudah diberi kedudukan, peranan atau
hubungan tertentu. “nama” itu tegas menggambarkan bahwa yang diberi nama itu
memiliki kualitas pribadi tertentu, contohnya; Allah telah menentukan sifat
dasarnya, kemampuan dan nasibnya, dengan alasan yang sama. Allah memilih “nama”
anak-Nya dan “nama” itu harus cocok dengan sifat dan fungsinya. “nama” adalah
pribadi itu sendiri.[7]
2.1.2 Studi
Terminologi
1.
en tw
ono,mati
Ada beberapa pokok utama persamaan Allah (Yhwh), dengan Yesus Kristus. Persamaan
tersebut ialah, Nama Allah, kemuliaan Allah, ibadah kepada Allah, penciptaan,
keselamatan, penghakiman dan kesaksian. Melalui ungkapan ini berarti Nama Yesus
Kristus memiliki persamaan kuasa dengan Nama Allah (penguasa alam semesta).
Dimana pada abad kedua dan ketiga sebelum Masehi, Perjanjian Lama diterjemahkan
dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani (Septuaginta). Dalam terjemahan
tersebut, nama Allah yang kudus (Yhwh,
yang terkadang diucapkan “Yahweh”) diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani menjadi
“Kurios” (Tuhan) sebanyak kurang lebih 7000 kali.[8]
2.
daimo,nia
Kata daimo,nion digunakan di dalam kitab perjanjian baru sebanyak 11
kali dalam Injil Matius, 13 kali dalam injil Markus, dan 23 kali dalam injil
Lukas, dalam Injil Yohanes 6 kali, dalam kitab Wahyu 3 kali. daimo,nion merupakan suatu refrensi
untuk menunjukkan dari pada “setan”.[9]
Dalam tradisi Yahudi terakhir, iblis atau setan
diidentifikasi sebagai “kehendak jahat” dan dengan “malaikat kematian”.
Kemudian iblis menjadi karakter kejahatan, sebagaimana di dalam Perjanjian Lama
ia menjadi penuduh manusia di hadapan Allah. Ketika kejatuhan malaikat (Kej.
6:1 dst.) kemudian iblis menjadi sosok yang mengacaukan hubungan manusia dengan
Allah dan dengan demikian manusia akan terpisah dengan Allah. Hal tersebut
dijelaskan oleh rabi Yahudi di dalam Baba Bathra 16a: “Hal tersebut telah
diajarkan dalam Baraitha: iblis turun dan menipu, naik dan menuduh, menuntut,
menarik kekuatan dan jiwa-jiwa.” Dengan demikian tradisi Yahudi terakhir
menjelaskan iblis sebagai malaikat golongan tinggi, manusia memiliki kehendak
bebas dalam mempertahankan hukum atau melakukan kehendak jahat.[10]
Di dalam tulisan Qumran, Belial muncul sebagai nama roh kejahatan. Allah
menciptakan dua macam roh, roh terang dan roh kegelapan (Belial), dimana
keduanya melakukan tugas mereka pada masa kini (1 QS 1:18; 2:5, 19; 3:20-23).
Belial adalah malaikat kedengkian (1 QM 13:12) yang tinggal di dalam jiwa
pengikutnya “anak-anak kegelapan” (1 QS 1:10) dan menguasai di dalam khotbah
kemurtadan. Musuh dari kelayakan atau kebenaran dipenuhi oleh “tipu muslihat
Belial” (1 QH 2:16; 6:21; 7:4). Kekuatannya bagaikan banjir besar dan mengancam
dunia dan kebenaran (1 QH 3:29; 3:2; 5:39). Tetapi Allah melindungi orang yang
berada di dalam kebenaranNya (1 QM 14:9). Pada hri-hari terakhir ketika komunitas
Qumran memisahkan diri mereka dari masyarakat, melepaskan Israel. Pada hari
yang terakhir, pasukan Belial, “anak-anak kegelapan”, akan dihancurkan pada
peperangan yang terakhir, sebab Allah melawan mereka secara langsung (1 QM
15:3; 18:1,3). Dalam tulisan Qumran tersebut, Belial tidak lagi muncul sebagai
pendakwa, dan tidak lagi memiliki akses ke Surga atau kepada Allah.
Secara global, dapat disebutkan bahwa iblis atau satan adalah penggambaran bagi manusia yang bertindak dalam
perlawanan terhadap Allah, dan bukan sebagai sebuah subjek yang secara frontal
bertentangan melawan Allah. Satan bekerja
dengan menuduh dan mendakwa manusia yang tidak setia kepada Allah.[11]
2.2. Pembimbing
Kitab
Injil Markus adalah contoh pertama dari sastra Kristen yang secara
khas disebut dengan Injil. Sebagai Injil berbentuk sastra yang berasal dari
generasi Kristen kedua, karangan ini merupakan percampuran antara ingatan akan
perkataan Yesus dan pengalaman bersama persekutuan Kristen mula-mula dan
pandangan teologis yang khas dari pengarang.[12] Injil Markus diakui sebagai sumber pokok bagi
kedua Injil Sinoptik lainnya. Berhubungan dengan ini, terjadi perhatian yang
lebih teliti daripada sebelumnya terhadap Injil Markus. Markus sebagai yang
paling dini dari ketiga Injil Sinoptik, setidak-tidaknya dalam bentuknya yang
sekarang, kendati mungkin hanya memuat pasal 1-13 saja. Markus adalah penemuan
bentuk penulisan Injil (satu bentuk yang kemudian hari sangat populer, Luk
1:1-3) dengan menghubungakan beberapa ucapan dan mujizat Yesus yang
terpisah-pisah, menyusunnya dalam bingkai buatannya sendiri.[13]
Markus
tidak mempunyai pengantar dalam bentuk silsila seperti Matius, dan tidak
mempunyai pendahuluan seperti kisah kelahiran Tuhan Yesus. Markus langsung
membawa kita ke sungai Yordan untuk mendengarkan amanat dari Yohanes Pembabtis,
dan serta merta muncul Tuhan Yesus Kristus. Pelayanan dengan tanda mujizat pun
mulai kelihatan.
Injil
Markus merupakan Injil tersingkat dari keempat Injil, baik Matius maupun Lukas
kemudian menggunakan Markus sebagai sumber informasi utama mereka. Menurut
kesaksian Gereja, Papias, Injl ini dianggap berasal dari Yohanes Markus. Markus menggunakan sejumlah kisah singkat
yang ada tentang Yesus dan menguntainya bersama, kadang kala dengan
sembarangan, karena tidak keyakinanya sendiri dalam usaha mempertahankan nama
baik Yesus, Namun itu merupakan sesuatu yang tiba-tiba dimana Markus mengakhiri
Injlnya sehingga meyebabkan spekulasi terus-menerus. Ada akhir lain dalam
beberapa manuskrip, tetapi ini mungkin ditulis pada abad ke 2 M.[14]
Markus
memperkenalkan Yesus sebagai Putra Allah dan Mesias, hamba yang menderita.
Titik yang menentukan dalam kitab ini adalah episode di Kaisarea Filipi, yang
disusul oleh peristiwa pemuliaan Yesus (Mrk 8:27-9:10), ketika identitas dan
misi penderitaan Yesus dinyatakan dengan jelas kepada kedua belas murid-Nya.
Bagian pertama kitab Injil ini memusatkan perhatian terutama kepada mukjizat
luar biasa yang dilakukan Yesus dan pada kuasa-Nya atas penyakit dan
setan-setan sebagai tanda bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Akan tetapi, di
Kaisarea Filipi itu Yesus memberitahukan dengan terus terang kepada para murid
bahwa Dia harus "menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua,
imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga
hari" (Mrk 8:31). Banyak ayat dalam kitab ini menyebut penderitaan sebagai
harga kemuridan (mis. Mrk 3:21-22,30; Mrk 8:34-38; Mrk 10:33-34,45; Mrk 13:8,11-13).
Namun setelah mereka menderita karena Dia maka Allah akan menyatakan bahwa Ia
berkenan kepada mereka, sebagaimana ditunjukkan dalam kebangkitan Yesus[15].
2.1.1
Penulis Injil Markus
Injil Markus
bersifat anonim, Injil ini terdapat dua alur yang saling terjalin, yang satu
dapat ditelusuri ke belakang dari kisah sengsara dan yang lainnya merupakan sejarah
yang dapat ditelusuri ke depan mulai dari Yohanes Pembaptis.[16]
Willi Marxen juga menuliskan di dalam bukunya bahwa Injil
Markus ini diturunalihkan tanpa ada nama pengarangnya, sehingga tradisi
gerejalah yang menyebut “Markus” sebagai pengarangnya. Bukti paling awal bagi
hal ini ditemukan dalam apa yang disebut dalam fragmen Papias (Uskup Papias
dari Hiaropolis sekitar pertengahan abad II, dikutip oleh Eusebius, H.E. III
39, 15). [17]
Markus adalah
Injil yang paling jelas dan ringkas, yang menurut tradisi gereja penulisnya bernama
Yohanes Markus (Ibrani; Yokhanan
“Yahweh menunjukkan kasih karuniaNya”), ibunya bernama Mariam yang rumahnya
merupakan suatu pusat perkumpulan jemaat Kristen di Yerusalem (Kis 12:12).
Menurut kesaksian Papias,[18]
Yohanes Markus sudah beberapa kali menyertai Paulus, Barnabas dan Petrus dalam
memberitakan Injil, namun secara khusus ia lebih dekat kepada Petrus dan boleh
dikatakan sebagai penerjemah (juru bahasa) Petrus. Dia membuat catatan-catatan
terhadap khotbah-khotbah Petrus tentang perbuatan-perbuatan Yesus, walaupun
penulisannya tidak secara berurutan. Kemudian
dengan teliti ia berusaha tidak menghilangkan atau memalsukan satu pun
dari berita yang didengarnya, ia menuliskan sesuai dengan ingatannya.[19]
Markus menyusun
jenis buku yang baru! Sering kali kita tidak sadar lagi bahwa sebenarnya
penyusunan injil pertama merupakan suatu hal yang luar biasa. Sebelum markus
menulis, dalam gereja kuno ada ucapan-ucapan Yesus dan cerita-cerita mujizat,
juga cerita-cerita mengenai Yesus yang disimpan dan diwariskan satu terlepas
dari lain atau juga dalam kumpulan cerita atau kumpulan sabda. Nyatanya markus
tidak puas lagi dengan bentuk ini. Ia ingin menyusun hal-ihlwal Yesus secara
teratur, sebagai suatu kesatuan. Ia mulai dengan kegiatan Yohanes Pembaptis,
lantas menceritakan bagaimana Yesus bekerja di daerah galilea dan daerah di
sekitarnya, lantas berjalan ke kota Yerusalem untuk menderita, disalibkan dan
dibangkitkan. Yang pokok dalam kitabnya adalah pertanyaan: siapakah Yesus?
Dalam gerejadi sekitarnya, Yesus diakui sebagai Mesias dan penguasa mutlak (Tuhan),
dialah sekarang yang duduk di sebelah kanan Allah. Markus menekankan dalm
kitabnya bahwa Tuhan Yesus inilah yang pernah hidup dan bekerja di dunia
ini sebagai manusiadi tengah-tengah manusia.[20]
Empat ciri khas yang menandai Injil
Markus:
a.
Injil ini penuh kegiatan
yang lebih menekankan apa yang dilakukan Yesus daripada apa yang diajarkan
oleh-Nya (Markus mencantumkan 18 mujizat Yesus dan hanya 4 perumpamaan-Nya).
b.
Injil ini khususnya
untuk orang Romawi, serta menjelaskan adat-istiadat Yahudi, meniadakan semua
daftar keturunan Yahudi dan kisah kelahiran, penggunaan istilah Latin dan
menterjemakan bahasa Aram.
c.
Injil ini bernada
mendesak dimulai dengan tiba-tiba dan bergerak dengan cepat dari episode yang
satu ke episode yang lain, dengan menggunakan 42 kali kata keterangan Yunani
yang diterjemahkan dengan “seketika juga”.
d.
Injil ini ditulis
dengan hidup, supaya
menggambarkan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus dengan ringkas dan
tepat, dengan gamblang dan dengan keahlian dari seorang pujangga.[21]
Sifat Injil Markus singkat, jelas, dan mengena, sifat yang sesuai
dengan alam pikiran orang Romawi yang tidak telaten menghadapi gambaran-gambaran
abstrak dan bahasa sastra yang terlalu tinggi. Gaya bercerita merupakan bagian
integral dari retorika sebuah cerita, gaya bercerita Markus sederhana,
kata-kata yang dipakai konkret dan tidak abstrak. Narasi yang berjalan dengan
cepat dan dengan hidup menampilkan peristiwa demi peristiwa disertai dengan
rangkuman singkat. Injil ini ialah sarana-sarana retorika yang digunakan narator
untuk menata dan menyusun cerita; misalnya: pengulangan kata, gerak maju dalam
dua langkah, pemakaian pertanyaan-pertanyaan dalam dialog, pembingkaian sebuah
episode oleh episode lain, penyususnan episode dalam pola konsentris dan
pengulangan episode yang serupa sampai sebanyak tiga kali. Ciri sastra lain
dalam narasi Injil Markus yakni teka-teki, kutipan dari tulisan-tulisan, nubuat
dan ironi.[22]
2.1.2.
Maksud dan Tujuan Penulisan Injil
Markus
Injil ini ditulis dengan tujuan untuk menguatkan jemaat agar dapat
bertahan dan berpegangan pada ajaran Kristen yang benar sehingga benar-benar
siap untuk menghadapi kedatangan Kristus pada parousia. Situasi kehidupan yang
melatarbelakangi Injil ini nampak cukup jelas yakni suatu keadaan yang genting
muncul di Roma yang mempengaruhi masyarakat Kristen di sana yakni penindasan
oleh Nero dalam tahun 6o-an M, sikap Kaisar yang keji dan tidak bertanggung
jawab mengancam kehidupan umat Kristen disana. Setelah itu muncullah perang
antara Roma dan orang Yahudi disusul dengan adanya penghancuran Bait Suci di
Yerusalem sekitar pertengahan tahun 70 M.[23] Hancurnya Bait Suci berarti bahwa pusat keagamaan
dan pusat nasional telah hilang. Hal itu mempunyai akibat terhadap negeri
maupun diaspora. Mulai saat itu pada
hari raya tidak diadakan lagi ziarah ke Yerusalem. Namun dibalik semua itu,
tidak semua orang menggap Bait Suci sebagai pusat keagamaan. Upacara korban
tidak ada lagi, hal itu diakibatkan oleh pihak Romawi dan Farisi yang tidak mau
membantu perkembangan peribadahan mereka, tidak mengangkat imam bagi mereka
sehingga keagamaan langsung menurun drastis.[24]
Muncullah ajaran-ajaran sesat oleh kelompok Farisi dan ajaran kelompok
Herodes yang sangat dekat dengan pemerintahan Roma. Pada tahun 70 Yerusalem
dihancurkan, sehingga orang Kristen saat itu selalu mempertanyakan keberadaan
Allah, apakah Allah itu masih ada karena bait suci di Yerusalem sudah hancur.
Di saat seperti inilah muncul berbagai ajaran yang menyesatkan tentang sumber
keselamatan. Ajaran sesat itu mengatakan bahwa Galilea sebagai lambang karya
penyelamatan Allah. orang-orang Farisi mengakui diri mereka sebagai rabi-rabi
yang mengajarakan agar Hukum Taurat diutamakan dalam kehidupan sehari-hari,
mereka mengklaim dirinya sebagai penerus
para nabi sehingga terjadilah perubahan dalam peribadahan orang Yehuda. Mereka
bertujuan untuk mengadakan pembangunan kembali agar bencana kehancuran bait
suci teratasi.[25]
2.1.3 Waktu Penulisan Injil Markus
Markus
diperkirakan menuliskan Injil-Nya sekitar tahun 64-70 M,[26]
(antara kematian Petrus dan Jatuhnya Yerusalem) di Italia[27]
atas desakan pendengar-pendengar Petrus di Roma, dan sesuai dengan isinya,
Injil ini ditujukan kepada orang-orang non Yahudi, lebih khusus J.D. Douglas
mengatakan: Kepada para pelajar-pelajar katekisasi Kristen di Roma dan Timur
Tengah) sebab dalam pemberitaannya ia mengutarakan adat-istiadat Yahudi. Adapun
maksud secara umum penulisan Injil Markus adalah untuk memproklamirkan kabar
baik akan kemenagan Allah atas kuasa jahat. Kemenangan yang Markus utarakan
diwujudkan di dalam dan oleh Yesus Kristus yang berlaku untuk seluruh dunia.[28]
Injil Markus juga memiliki persamaan dengan kedua Injil lainnya (Mat dan Luk),
sebab sama-sama menunjukkan gambaran yang cenderung serupa khususnya tentang
pemberitaan pekerjaan/pelayanan dan ajaran Kristus dan di beberapa bagian
ditemukan saling ketergantungan antara ketiga Injil.[29]
2.2 Pendapat
Para Ahli tentang Injil Markus 16:17
Robert
W. Funk mengatakan bahwa sumber dari pada Markus 16:15-21, bukan merupakan
bagian dari teks asli dari Markus. Setetiap ayat tidak ditemukannya
manuskrib-manuskrib atau naskah yang baik serta kosa kata dan gaya bahasanya berbeda dengan injil-injil lainnya.[30]
William
Barclay juga mengatakan bahwa Injil Markus, sebenarnya diakhiri dengan Markus
16 : 8. Cukup dengan membaca perikop ini, yaitu Markus 16:9-20 akan terlihat
betapa berbedanya bagian ini dengan bagian-bagian sebelumnya. Lagi pula,
perikop ini tidak ditemukan dalam naskah-naskah utama untuk kitab Injil Markus.
Markus 16:17 merupakan ikhtisar yang ditulis kemudian hari untuk menggantikan
bagian akhir yang tidak sempat ditulis oleh Markus sebelum ia wafat, atau
sempat ditulis tetapi dikemudian hari hilang dalam perjalanan waktu. Markus
16:9-20 ini lebih mengutamakan mengenai “pengustusan gereja” tentang “
kewajiban gereja”.[31]
Eduard Schweizer dalam bukunya The Good News According To Mark bahwa penyusunan materi dapat dipahami dari
Markus sejak pemberitaan dari pemberitaan dari penderitaan Yesus yang diikuti
dengan kesalah pahaman murid-murid Yesus, hal ini dapat dilihat ketika Yesus
dapatkah kamu meminum cawan yang dapat kuminum dan ini juga ditemukan dalam
Kitab Johanes 18:11dan mengenai babtisan yang dapat juga dilihat dalam Luk
12:50, dan sejauh yang diketahui oleh Eduard schweizer bahwa anak-anak Zebedeus tidak mempunyai pengalaman mengenai mati
martir dan hal tersebutlah yang membuat murid-murid Yesus menjadi salah paham.[32]
Dalam sebahagian
besar tafsiran modren orang tidak bertolak dari keutuhan Injil menurut Markus.
Injil ini terutama diperiksa dari sudut pandang ketegangan antara tradisi dan
naskah hasil redaksi atau dari sudut masukan teologis si penulis sendiri
(demikianlah Pesch, Schmithals, Erns, Haenchen, Gnilka, dan Heyer, Luhrmann)
ketika membahas sebuah perikop. Pada tahun 1970-an beberapa pakar kembali
menganjurkan supaya seluruh tradisi naskah diteliti (Pickering, Sturz, Van Bruggen).[33]
[1] Lih. William Urwick, Lexicon of New Testament Greek, evkbalou/sin (New
York T. & T. Clark Edinburg, 1945),
hlm. 190
[2] Lih.,
Greeven, evkba,llw
dalam Gerhard
Kittel (ed) Theological Dictionary of
the New Testament: Vol. V, Grand Rapids, Michigan 1976: hlm
[3] Lih.
William Urwick, Lexicon of New Testament
Greek, daimo,nia (New York T. & T.
Clark Edinburg, 1945), hlm. 156.
[4] William F.
Arndt & F. Wilbur Gingrich, Greek-Englis
Lexicon of The New Testamen and Other Early Christian Literature, The
University of Chicago Press, England 1957:hlm. 168
[5] Lih.
William Urwick, Lexicon of New Testament
Greek, ovno,mati (New York T. & T.
Clark Edinburg, 1945), hlm. 306.
[6] Lih., Greeven, ovno,ma dalam Gerhard
Kittel (ed) Theological Dictionary of
the New Testament: Vol. V, Grand Rapids, Michigan 1976: hlm. 243-245
[7] JD. Douglas,
(dkk), Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid II, (Jakarta YKBK/OMF
2003), hlm. 123
[8] Lih. Bruce
Milne, Mengenal Kebenaran,
BPK-Gunung Mulia, Jakarta 1993 : hlm. 185-186
[9]Lih., Greeven, daimo,nion dalam Gerhard Kittel (ed) Theological Dictionary of the New
Testament: Vol. V, Grand Rapids, Michigan 1976: hlm. 279-282
[10] Lih.,
H. Bietenhard, Satan, Beelzebul, Devil, Exorcism, dalam Colin Brown, New Testament Theology: hlm. 469-472
[11] Lih.,
Hermann Cemer, Biblico-Theological:
hlm. 121
[12] Lih. Doremus
A. Hayes, The Synoptic Gospels And The
Book Of Acts, Methodist Book Concern, New York 2006: hlm.105.
[13]JD. Douglas,
(dkk), Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid II, (Jakarta YKBK/OMF
2003), hlm. 30
[14] Lih. Keene, Michael, Alkitab Sejarah, Proses Terbentuk, dan
Pengaruhnya, Kanasius Yokyakarta : hlm. 106.
[15] Lih
Bolkestein. M. H, Kerajaan Yang
Terselubung, BPK-GM Jakarta 2004:
hlm. 208.
[16] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1: Allah, manusia,
Kristus, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2008: hlm. 246-247.
[17] Willi
Marxen, Pengantar Perjanjian Baru :
Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-Masalahnya, BPK-Gunung Mulia, Jakarta
2006: hlm. 170
[18] Papias adalah seorang
Uskup dari Herapolis (140 M) yang mendapat informasi dari Eusebius bahwa
penulis Injil Markus bukanlah Markus murid Yesus. Informasi dari Papias inilah
yang menjadi dasar bagi tradisi yang menghubungkan Injil Markus dengan Petrus,
sebab apa yang dituliskan dalam Injil Markus merupakan catatan-catatan pribadi
penulis mengenai khotbah Petrus, walaupun catatan tersebut tidak ditulis secara
teratur/kronologis. (lih. WRF. Browning,
Kamus Alkitab, BPK. Gunung Mulia,
Jakarta 2007: hlm.
304-305) Markus juga disebut si Jari Buntung (kolobodaktulos) sebab
jari-jarinya kelihatan pendek dibandingkan anggota tubuhnya yang lain. (lih.
JD. Douglas, (dkk) Ensiklopedia Alkitab
Masa Kini, Jilid II, Yayasan
Komunikasi Bina Kasih, OFM, Jakarta 1995: hlm.
29
[19] M.E. Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru, BPK. Gunung Mulia, Jakarta 2006: hlm. 59-60
[20] Lih. B.F. Drewes, Satu Injil Tiga Pengkabar, BPK-Gunung Mulia,
Jakarta...................................................
[21] Wismoady Wahono, Di sini Ku Temukan, BPK-Gunung Mulia,
Jakarta 2004: hlm. 371.
[22] David Rhoads, Injil Markus Sebagai Cerita, BPK-Gunung
Mulia, Jakarta 2000: hlm.37-65.
[23] J.Delorme, Injil Markus, Kanisius, Yogyakarta
1978: hlm.56-57.
[24] Jagersma, Dari Aleksander Agung sampai Bar Kokhba: sejarah Israel dari ± 330
SM-135 M, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2003,hlm.
209
[25] Jagersma, Dari Aleksander Agung sampai Bar Kokhba:
sejarah Israel dari ±330 SM-135 M, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2003,hlm. 214-215.
[26] Ada tradisi yang
mengatakan bahwa Markus telah mulai menulis Injilnya ketika Petrus masih hidup,
dan diselesaikan setelah kematian Petrus, tetapi sebagian mengatakan bahwa
Injil Markus telah selesai ditulis pada saat Petrus masih hidup. (lih. JD.
Douglas, dkk, Op.Cit, 29)
[27] Italia sebagai tempat
penulisan Injil Markus didukung oleh penggunaan bahasa Latin yang banyak
ditemukan dalam Injil Markus, seperti Dinar (Mrk 6:37), Legion (Mrk 5:9),
Kodrantes (Mrk 12:42) dan beberapa ungkapan Latin, atau mungkin di tempat
dimana bahasa Yunani dipengaruhi bahasa Latin (lih. M.E. Duyverman, Op.Cit, 61)
[28] M.E. Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru, BPK. Gunung Mulia, Jakarta 2006: hlm. 59-60
[29] Lih. JD. Douglas,
(dkk), Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid II, (Jakarta YKBK/OMF
2003), hlm. 30
[30] Robert W.
Funk, The Gospel of Mark: red letter
edition, Polebridge Press, Sonama, California 1926: hlm. 233
[31] William
Barclay, Memahami Alkitab sehari-hari:
Injil Markus, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2003: hlm. 619
[32] Lih. Eduard Schweizer The Good News According to Mark.
John Knox Press, Atlanta 1970: hlm. 218.
[33] Lih Bruggen Van
Jakob, Markus Injil Menurut Petrus, BPK-GM Jakarta 2006: hlm. 25-26.