Thursday, June 21, 2012

MENGUSIR SETAN-SETAN DEMI NAMA-KU (Markus 16:17)

 MENGUSIR SETAN-SETAN DEMI NAMA YESUS KRISTUS
(Studi Historis Kritis Terhadap Markus 16:17)

1. Pendahuluan

Markus mencatat pelayanan Yesus di muka umum ternyata diawali denan kejadian mengenai roh jahat. Ketika Yesus bersama murid-muridnya di Kapernaum, dan mengajar di dalam rumah ibadat, saat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Pada saat itu juga Yesus menghardikkannya, kata-Nya, “Diam keluarlah dari padanya!” roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suaranyaring roh jahat itupun keluar dari badan seorang yang kesurupan tersebut. Orang-orang disekitarnya takjub melihat perbuatan Yesus tersebut. Mereka takjub karena Yesus memiliki kuasa untuk memerintah roh jahat itu dan roh jahat itupun tunduk kepada-Nya. Kemudian ketika Yesus berada dirumah Simon menyembuhkan ibu mertua simon, pada saat menjelang malam dibawalah kepada Yesus orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan. Yesus pun menyembuhkan orang-orang yang sakit itu dan mengusir banyak setan dari orang yang kerasukan setan tersebut. Setelah itu Yesus juga pergi ke tempat-tempat lain, kekota-kota yang berdekatan untuk memberitakan Injil dan mengusir setan-setan.[1] Yesus juga mengusir setan dari tubuh seorang anak perempuan, anak perempuan dari seorang perempuan Yunani bangsa Siro Fenesia, yang datang menjumpai Yesus.[2] Maksud injil markus ialah memproklamasikan kabar baik tentang kemenangan Allah atas segala kuasa jahat. Kemenangan ini diwujudkan di dalam dan oleh Yesus Kristus, dan berlaku untuk seluruh dunia.[3]
             Berdasarkan isi injil Markus tersebut kemudian penulis tertarik terhadap bagian Markus 16:17 menyebutkan, “tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku. Selama hidupnya, Yesus melakukan berbagai tanda dan keajaiban sambil bersabda. Yesus berjanji bahwa tanda-tanda akan menyertai mereka yang percaya yang sudah disebut dealam ayat sebelumnya. Timbul kesan bahwa ucapan ini tidak mengacu kepada mujizat-mujizat yang dilakukan dengan perantaraan rasul-rasul, tetapi yang akan dilakukan oleh para pendengar mereka yang sudah percaya. Teks tidak mengatakan bahwa “kamu akan mengusir setan-setan”, tetapi teks mengatakan bahwa “mereka akan mengusir setan-setan. Olehkarena itulah muncul pertanyaan dalam pikiran penulis kepada siapakah mengacu kata menyertai yang muncul pada ayat tersebut? Seperti apakah tanda-tanda yang dapat melakukan pengusiran setan tersebut?.
            Dalam Markus 16:17, dinyatakan bahwa pemberitaan Injil akan dikuatkan oleh tanda-tanda. Kata kerja “menyertai” mengandung petunjuk mengenai kegiatan orang percaya itu: pada saat itu orang percaya itu sedang akan melakukan perjalanan memberitakan Injil. Pada generasi kemudian setelah generasi para rasul pun tanda-tanda itu akan tetap menyertai pengkabaran Injil, kecuali mereka mengeraskan hatinya dan tidak mau percaya, seperti halnya ada beberapa murid pada awalnya menutup dirinya terhadap laporan-laporan mengenai penampakan diri juruselamat yang hidup.[4]
            Yesus datang bukan untuk memamerkan kekuatan gaib-Nya dalam perjuangan melawan setan-setan, melainkan untuk membebaskan manusia dari pendakwa mereka yaitu iblis. Dengan mengusiran roh jahat (setan) dari diri manusia dan membebaskan manusia masih hanya menunjukkan perbuatan Yesus sebagian kecil. Pengikatan iblis oleh Yesus begitu lengkap, sehingga membawa pengampunan sepenuhnya bagi semua orang berdosa. Penyembuhan atau pelepasan dari kuasa setan masih sekedar tandanya. Yang paling utama ialah bahwa manusia akan beroleh pengampuan segala dosa, bahkan juga terlepas dari dosa hujat, yang menurut hukum taurat membawa kedalam hukuman mati.[5]
          Setiap kali Yesus mengutus seseorang untuk memberitakan Injil Ia selalu secara khusus memerintahkan dan memperlengkapi orang itu untuk melawan roh-roh jahat dengan cara yang sama seperti yang dilakukan-Nya sendiri. Yesus sendiri bertindak sangat praktis dalam menghadapi roh-roh jahat. Ia juga menekankan betapa pentingnya pelayanan mengusir setan setan ini ketika berkata, “ tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (Mat.12:28). Dengan mengusir roh-roh jahat Yesus melakukan sesuatu yang belum pernah terjadi dimasa Perjanjian Lama.[6]
Kerasukan setan artinya ada setan yang masuk dan tinggal didalam diri seseorang. Setan itu kerjanya menghalang-halangi pekerjaan Yesus. Olehkarena itu di mana pun Yesus bekerja, setan-setan tersebut mau memperlihatkan kuasanya. Di masa hidup Yesus ada beberapa orang yang kerasukan setan. Penyakit gangguan jiwa atau gila sangat mirip sekali dengan penyakit kerasukan setan. Serangan si setan berpengaruh besar terhadap jiwa dan badan manusia. Tetapi kuasa Yesus lebih besar dari pada kuasa si setan.[7]
Pada akhirnya kuasa Yesus lebih besar dari pada kuasa si setan, dapat dibandingkan  dengan surat kiriman paulus kepada jemaat di Efesus, yangmana pesan terakhir Paulus dalam surat Efesus 6:10 dengan jelas menunjukkan bagaimana hidup jemaat seharusnya dalam situasi peperangan rohani tersebut. pada permulaan ini Paulus ingin setiap jemaat mempersiapkan diri mereka masing-masing, yaitu dengan menerima kekuatan dari Tuhan. Panggilan untuk menjadi kuat dituliskan Paulus dengan menggunakan bentuk pasif (NA 27: evndunamou/sqe; KJV: be strong), dengan demikian jemaat menerima kuasa Tuhan dan hanya dengan kuasa itu jemaat menghadapi peperangan iman. Kemudian Paulus juga menjelaskan bahwa kekuatan dari Tuhan tersebut hanya ditemukan dalam hubungan kepercayaan di dalam Yesus Krisus yang adalah Tuhan (NA 27: evn kuri,w|: di dalam Tuhan). Dengan demikian untuk dapat berdiri dan menghadapi peperangan iman, jemaat harus senantiasa memiliki hubungan dan kepercayaan terhadap Tuhan, sehingga kemudian mendapatkan kekuatan yang daripada-Nya[8].
Demikianlah kemudian pembahasan dalam penulisan ini akan mengungkapkan lebih dalam lagi tentang peperangan iman jemaat Kristen yang dengan kuasa Allah melawan para musuh yang menguasai dunia, demi tercapainya kemenangan dan terciptanya kedamain di dunia. Oleh karena itu penulis akan melanjutkan penulisan di dalam sistematika yang telah disusun dan dengan judul tulisan ini:



[1] David Rhoads & Donald M, Injil Markus Sebagai Cerita, BPK-Gungung Mulia, Jakarta : hlm. 12-13
[2] David Rhoads & Donald M, Injil Markus Sebagai Cerita, BPK-Gungung Mulia, Jakarta : hlm. 21
[3] Duyverman, Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Baru, BPK- Gunung Mulia, Jakarta: hlm 59
[4] Jakob van Bruggen, Markus: Injil Menurut Petrus, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2006: hlm. 632
[5] Jakob van Bruggen, Markus: Injil Menurut Petrus, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2006: hlm. 139-140
[6] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2009: hlm. 250-251Top of Form
Bottom of Form

[7] J.H. Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah; Perjanjian Baru, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2007: hlm. 201-202
[8] Bnd., Andrew T. Lincoln, World Biblical Commentary: Ephesians, Word books Publisher, Dallas 1990: hlm. 441


2. LANDASAN TEORI
  2.1 Studi Etimologi dan Terminologi
2.1.1 Studi Etimologi
1.      ekbalou/sin
ekbalou/sin kata kerja future indikatif aktif orang ke tiga jamak, dari kata dasar ekβάλλω (mengeluarkan, mengusir, melemparkan keluar), yang artinya adalah “mereka akan mengeluarkan, mengusir, melemparkan keluar”.[1] kata evkbalou/sin juga mengandung arti menuntun setan-setan untuk keluar, karena kata evkβάλλω juga digunakan sebagai suatu perintah pengusiran secara paksa. evkba,llw juga diartikan “to throw out” (melemparkan ke luar), “to expel” (mengeluarkan, memaksa keluar), “to repel” (memukul mundur, menolak, mengusir), “to cast out” (melemparkan keluar). evkba,llw biasanya menunjukkan suatu perlawanan untuk menyerbu musuh, misalnya dari dalam suatu pemerintahan. Tetetapi dipakai juga untuk pengusiran setan, iblis ataupun jin.[2]
2.      daimo,nia
daimo,nia kata benda neuter akusatif jamak, dari kata dasar daimo,nion (roh jahat, setan), yang artinya adalah “roh-roh jahat, setan-setan”.[3] daimo,nia ialah “dewata” atau “dewa” merupakan khatib atau pendeta dari dewa-dewa yang tidak dikenal. Ialah “setan” , “roh jahat”, yang merupakan mahluk bebas dan yang menempati posisi diantara kemanusiaan dan ketuhanan. Dikatakan jika setan memasuki tubuh seseorang maka akan menimbulkan penyakit misalnya gangguan mental. Olehkarena itu penyembuhan seseorang yang mengalamu gangguan mental itu digambarkan sebagai pengusiran setan-setan ( ekbalou/sin)[4]
3.      en tO ono,mati,
en (kata depan “di dalam”) + tO (kata sandang tentu neuter datif tunggal) + ono,mati, (kata benda neuter datif tunggal dari kata dasar ovno,ma “Nama”), yang artinya “di dalam namanya”.[5] “Nama” yaitu dari diri seseorang atau dari sesuaty yang digunakan hanya untuk menyebutkan seorang manusia dirumah. Setiap manusia memiliki nama yang diberikan oleh orang tuanya. Di dalam evn tw/| ovno,mati tidak ditemukannya jenis dari seseorang tersebut. Seperti misalnya di dalam kata  evpi tw/ | ovno,mati tinos, ada terdapat sebutan, ada tandanya, atau ada secara jelas sebutan nama seseorang. “Nama” juga digunakan untuk menunjukkan suatu repputasi.[6] Apabila seseorang atasan menjalankan otoritasnya, maka pemberian “nama” itu menandakan bahwa orang yang diberikan nama sudah diberi kedudukan, peranan atau hubungan tertentu. “nama” itu tegas menggambarkan bahwa yang diberi nama itu memiliki kualitas pribadi tertentu, contohnya; Allah telah menentukan sifat dasarnya, kemampuan dan nasibnya, dengan alasan yang sama. Allah memilih “nama” anak-Nya dan “nama” itu harus cocok dengan sifat dan fungsinya. “nama” adalah pribadi itu sendiri.[7]

2.1.2 Studi Terminologi
1.      en tw ono,mati
Ada beberapa pokok utama persamaan Allah (Yhwh), dengan Yesus Kristus. Persamaan tersebut ialah, Nama Allah, kemuliaan Allah, ibadah kepada Allah, penciptaan, keselamatan, penghakiman dan kesaksian. Melalui ungkapan ini berarti Nama Yesus Kristus memiliki persamaan kuasa dengan Nama Allah (penguasa alam semesta). Dimana pada abad kedua dan ketiga sebelum Masehi, Perjanjian Lama diterjemahkan dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani (Septuaginta). Dalam terjemahan tersebut, nama Allah yang kudus (Yhwh, yang terkadang diucapkan “Yahweh”) diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani menjadi “Kurios (Tuhan) sebanyak kurang lebih 7000 kali.[8]  

2.      daimo,nia
Kata daimo,nion digunakan di dalam kitab perjanjian baru sebanyak 11 kali dalam Injil Matius, 13 kali dalam injil Markus, dan 23 kali dalam injil Lukas, dalam Injil Yohanes 6 kali, dalam kitab Wahyu 3 kali. daimo,nion merupakan suatu refrensi untuk menunjukkan dari pada “setan”.[9]
Dalam tradisi Yahudi terakhir, iblis atau setan diidentifikasi sebagai “kehendak jahat” dan dengan “malaikat kematian”. Kemudian iblis menjadi karakter kejahatan, sebagaimana di dalam Perjanjian Lama ia menjadi penuduh manusia di hadapan Allah. Ketika kejatuhan malaikat (Kej. 6:1 dst.) kemudian iblis menjadi sosok yang mengacaukan hubungan manusia dengan Allah dan dengan demikian manusia akan terpisah dengan Allah. Hal tersebut dijelaskan oleh rabi Yahudi di dalam Baba Bathra 16a: “Hal tersebut telah diajarkan dalam Baraitha: iblis turun dan menipu, naik dan menuduh, menuntut, menarik kekuatan dan jiwa-jiwa.” Dengan demikian tradisi Yahudi terakhir menjelaskan iblis sebagai malaikat golongan tinggi, manusia memiliki kehendak bebas dalam mempertahankan hukum atau melakukan kehendak jahat.[10]
Di dalam tulisan Qumran, Belial muncul sebagai nama roh kejahatan. Allah menciptakan dua macam roh, roh terang dan roh kegelapan (Belial), dimana keduanya melakukan tugas mereka pada masa kini (1 QS 1:18; 2:5, 19; 3:20-23). Belial adalah malaikat kedengkian (1 QM 13:12) yang tinggal di dalam jiwa pengikutnya “anak-anak kegelapan” (1 QS 1:10) dan menguasai di dalam khotbah kemurtadan. Musuh dari kelayakan atau kebenaran dipenuhi oleh “tipu muslihat Belial” (1 QH 2:16; 6:21; 7:4). Kekuatannya bagaikan banjir besar dan mengancam dunia dan kebenaran (1 QH 3:29; 3:2; 5:39). Tetapi Allah melindungi orang yang berada di dalam kebenaranNya (1 QM 14:9). Pada hri-hari terakhir ketika komunitas Qumran memisahkan diri mereka dari masyarakat, melepaskan Israel. Pada hari yang terakhir, pasukan Belial, “anak-anak kegelapan”, akan dihancurkan pada peperangan yang terakhir, sebab Allah melawan mereka secara langsung (1 QM 15:3; 18:1,3). Dalam tulisan Qumran tersebut, Belial tidak lagi muncul sebagai pendakwa, dan tidak lagi memiliki akses ke Surga atau kepada Allah.
Secara global, dapat disebutkan bahwa iblis atau satan adalah penggambaran bagi manusia yang bertindak dalam perlawanan terhadap Allah, dan bukan sebagai sebuah subjek yang secara frontal bertentangan melawan Allah. Satan bekerja dengan menuduh dan mendakwa manusia yang tidak setia kepada Allah.[11]

2.2. Pembimbing Kitab
Injil Markus adalah contoh pertama dari sastra Kristen yang secara khas disebut dengan Injil. Sebagai Injil berbentuk sastra yang berasal dari generasi Kristen kedua, karangan ini merupakan percampuran antara ingatan akan perkataan Yesus dan pengalaman bersama persekutuan Kristen mula-mula dan pandangan teologis yang khas dari pengarang.[12] Injil Markus diakui sebagai sumber pokok bagi kedua Injil Sinoptik lainnya. Berhubungan dengan ini, terjadi perhatian yang lebih teliti daripada sebelumnya terhadap Injil Markus. Markus sebagai yang paling dini dari ketiga Injil Sinoptik, setidak-tidaknya dalam bentuknya yang sekarang, kendati mungkin hanya memuat pasal 1-13 saja. Markus adalah penemuan bentuk penulisan Injil (satu bentuk yang kemudian hari sangat populer, Luk 1:1-3) dengan menghubungakan beberapa ucapan dan mujizat Yesus yang terpisah-pisah, menyusunnya dalam bingkai buatannya sendiri.[13]
Markus tidak mempunyai pengantar dalam bentuk silsila seperti Matius, dan tidak mempunyai pendahuluan seperti kisah kelahiran Tuhan Yesus. Markus langsung membawa kita ke sungai Yordan untuk mendengarkan amanat dari Yohanes Pembabtis, dan serta merta muncul Tuhan Yesus Kristus. Pelayanan dengan tanda mujizat pun mulai kelihatan.
Injil Markus merupakan Injil tersingkat dari keempat Injil, baik Matius maupun Lukas kemudian menggunakan Markus sebagai sumber informasi utama mereka. Menurut kesaksian Gereja, Papias, Injl ini dianggap berasal dari Yohanes Markus.  Markus menggunakan sejumlah kisah singkat yang ada tentang Yesus dan menguntainya bersama, kadang kala dengan sembarangan, karena tidak keyakinanya sendiri dalam usaha mempertahankan nama baik Yesus, Namun itu merupakan sesuatu yang tiba-tiba dimana Markus mengakhiri Injlnya sehingga meyebabkan spekulasi terus-menerus. Ada akhir lain dalam beberapa manuskrip, tetapi ini mungkin ditulis pada abad ke 2 M.[14]
Markus memperkenalkan Yesus sebagai Putra Allah dan Mesias, hamba yang menderita. Titik yang menentukan dalam kitab ini adalah episode di Kaisarea Filipi, yang disusul oleh peristiwa pemuliaan Yesus (Mrk 8:27-9:10), ketika identitas dan misi penderitaan Yesus dinyatakan dengan jelas kepada kedua belas murid-Nya. Bagian pertama kitab Injil ini memusatkan perhatian terutama kepada mukjizat luar biasa yang dilakukan Yesus dan pada kuasa-Nya atas penyakit dan setan-setan sebagai tanda bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Akan tetapi, di Kaisarea Filipi itu Yesus memberitahukan dengan terus terang kepada para murid bahwa Dia harus "menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari" (Mrk 8:31). Banyak ayat dalam kitab ini menyebut penderitaan sebagai harga kemuridan (mis. Mrk 3:21-22,30; Mrk 8:34-38; Mrk 10:33-34,45; Mrk 13:8,11-13). Namun setelah mereka menderita karena Dia maka Allah akan menyatakan bahwa Ia berkenan kepada mereka, sebagaimana ditunjukkan dalam kebangkitan Yesus[15].

2.1.1        Penulis Injil Markus
Injil Markus bersifat anonim, Injil ini terdapat dua alur yang saling terjalin, yang satu dapat ditelusuri ke belakang dari kisah  sengsara dan yang lainnya merupakan sejarah yang dapat ditelusuri ke depan mulai dari Yohanes Pembaptis.[16] Willi Marxen juga menuliskan di dalam bukunya bahwa Injil Markus ini diturunalihkan tanpa ada nama pengarangnya, sehingga tradisi gerejalah yang menyebut “Markus” sebagai pengarangnya. Bukti paling awal bagi hal ini ditemukan dalam apa yang disebut dalam fragmen Papias (Uskup Papias dari Hiaropolis sekitar pertengahan abad II, dikutip oleh Eusebius, H.E. III 39, 15). [17]
Markus adalah Injil yang paling jelas dan ringkas, yang menurut tradisi gereja penulisnya bernama Yohanes Markus (Ibrani; Yokhanan “Yahweh menunjukkan kasih karuniaNya”), ibunya bernama Mariam yang rumahnya merupakan suatu pusat perkumpulan jemaat Kristen di Yerusalem (Kis 12:12). Menurut kesaksian Papias,[18] Yohanes Markus sudah beberapa kali menyertai Paulus, Barnabas dan Petrus dalam memberitakan Injil, namun secara khusus ia lebih dekat kepada Petrus dan boleh dikatakan sebagai penerjemah (juru bahasa) Petrus. Dia membuat catatan-catatan terhadap khotbah-khotbah Petrus tentang perbuatan-perbuatan Yesus, walaupun penulisannya tidak secara berurutan. Kemudian  dengan teliti ia berusaha tidak menghilangkan atau memalsukan satu pun dari berita yang didengarnya, ia menuliskan sesuai dengan ingatannya.[19]
Markus menyusun jenis buku yang baru! Sering kali kita tidak sadar lagi bahwa sebenarnya penyusunan injil pertama merupakan suatu hal yang luar biasa. Sebelum markus menulis, dalam gereja kuno ada ucapan-ucapan Yesus dan cerita-cerita mujizat, juga cerita-cerita mengenai Yesus yang disimpan dan diwariskan satu terlepas dari lain atau juga dalam kumpulan cerita atau kumpulan sabda. Nyatanya markus tidak puas lagi dengan bentuk ini. Ia ingin menyusun hal-ihlwal Yesus secara teratur, sebagai suatu kesatuan. Ia mulai dengan kegiatan Yohanes Pembaptis, lantas menceritakan bagaimana Yesus bekerja di daerah galilea dan daerah di sekitarnya, lantas berjalan ke kota Yerusalem untuk menderita, disalibkan dan dibangkitkan. Yang pokok dalam kitabnya adalah pertanyaan: siapakah Yesus? Dalam gerejadi sekitarnya, Yesus diakui sebagai Mesias dan penguasa mutlak (Tuhan), dialah sekarang yang duduk di sebelah kanan Allah. Markus menekankan dalm kitabnya bahwa Tuhan Yesus inilah yang pernah hidup dan bekerja di dunia ini sebagai manusiadi tengah-tengah manusia.[20]
Empat ciri khas yang menandai Injil Markus:
a.       Injil ini penuh kegiatan yang lebih menekankan apa yang dilakukan Yesus daripada apa yang diajarkan oleh-Nya (Markus mencantumkan 18 mujizat Yesus dan hanya 4 perumpamaan-Nya).
b.      Injil ini khususnya untuk orang Romawi, serta menjelaskan adat-istiadat Yahudi, meniadakan semua daftar keturunan Yahudi dan kisah kelahiran, penggunaan istilah Latin dan menterjemakan bahasa Aram.
c.       Injil ini bernada mendesak dimulai dengan tiba-tiba dan bergerak dengan cepat dari episode yang satu ke episode yang lain, dengan menggunakan 42 kali kata keterangan Yunani yang diterjemahkan dengan “seketika juga”.
d.      Injil ini ditulis dengan hidup, supaya menggambarkan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus dengan ringkas dan tepat, dengan gamblang dan dengan keahlian dari seorang pujangga.[21]
Sifat Injil Markus singkat, jelas, dan mengena, sifat yang sesuai dengan alam pikiran orang Romawi yang tidak telaten menghadapi gambaran-gambaran abstrak dan bahasa sastra yang terlalu tinggi. Gaya bercerita merupakan bagian integral dari retorika sebuah cerita, gaya bercerita Markus sederhana, kata-kata yang dipakai konkret dan tidak abstrak. Narasi yang berjalan dengan cepat dan dengan hidup menampilkan peristiwa demi peristiwa disertai dengan rangkuman singkat. Injil ini ialah sarana-sarana retorika yang digunakan narator untuk menata dan menyusun cerita; misalnya: pengulangan kata, gerak maju dalam dua langkah, pemakaian pertanyaan-pertanyaan dalam dialog, pembingkaian sebuah episode oleh episode lain, penyususnan episode dalam pola konsentris dan pengulangan episode yang serupa sampai sebanyak tiga kali. Ciri sastra lain dalam narasi Injil Markus yakni teka-teki, kutipan dari tulisan-tulisan, nubuat dan ironi.[22]

2.1.2. Maksud dan Tujuan Penulisan Injil Markus
Injil ini ditulis dengan tujuan untuk menguatkan jemaat agar dapat bertahan dan berpegangan pada ajaran Kristen yang benar sehingga benar-benar siap untuk menghadapi kedatangan Kristus pada parousia. Situasi kehidupan yang melatarbelakangi Injil ini nampak cukup jelas yakni suatu keadaan yang genting muncul di Roma yang mempengaruhi masyarakat Kristen di sana yakni penindasan oleh Nero dalam tahun 6o-an M, sikap Kaisar yang keji dan tidak bertanggung jawab mengancam kehidupan umat Kristen disana. Setelah itu muncullah perang antara Roma dan orang Yahudi disusul dengan adanya penghancuran Bait Suci di Yerusalem sekitar pertengahan tahun 70 M.[23]  Hancurnya Bait Suci berarti bahwa pusat keagamaan dan pusat nasional telah hilang. Hal itu mempunyai akibat terhadap negeri maupun diaspora.  Mulai saat itu pada hari raya tidak diadakan lagi ziarah ke Yerusalem. Namun dibalik semua itu, tidak semua orang menggap Bait Suci sebagai pusat keagamaan. Upacara korban tidak ada lagi, hal itu diakibatkan oleh pihak Romawi dan Farisi yang tidak mau membantu perkembangan peribadahan mereka, tidak mengangkat imam bagi mereka sehingga keagamaan langsung menurun drastis.[24]
Muncullah ajaran-ajaran sesat oleh kelompok Farisi dan ajaran kelompok Herodes yang sangat dekat dengan pemerintahan Roma. Pada tahun 70 Yerusalem dihancurkan, sehingga orang Kristen saat itu selalu mempertanyakan keberadaan Allah, apakah Allah itu masih ada karena bait suci di Yerusalem sudah hancur. Di saat seperti inilah muncul berbagai ajaran yang menyesatkan tentang sumber keselamatan. Ajaran sesat itu mengatakan bahwa Galilea sebagai lambang karya penyelamatan Allah. orang-orang Farisi mengakui diri mereka sebagai rabi-rabi yang mengajarakan agar Hukum Taurat diutamakan dalam kehidupan sehari-hari, mereka mengklaim dirinya  sebagai penerus para nabi sehingga terjadilah perubahan dalam peribadahan orang Yehuda. Mereka bertujuan untuk mengadakan pembangunan kembali agar bencana kehancuran bait suci teratasi.[25]

2.1.3 Waktu Penulisan Injil Markus
Markus diperkirakan menuliskan Injil-Nya sekitar tahun 64-70 M,[26] (antara kematian Petrus dan Jatuhnya Yerusalem) di Italia[27] atas desakan pendengar-pendengar Petrus di Roma, dan sesuai dengan isinya, Injil ini ditujukan kepada orang-orang non Yahudi, lebih khusus J.D. Douglas mengatakan: Kepada para pelajar-pelajar katekisasi Kristen di Roma dan Timur Tengah) sebab dalam pemberitaannya ia mengutarakan adat-istiadat Yahudi. Adapun maksud secara umum penulisan Injil Markus adalah untuk memproklamirkan kabar baik akan kemenagan Allah atas kuasa jahat. Kemenangan yang Markus utarakan diwujudkan di dalam dan oleh Yesus Kristus yang berlaku untuk seluruh dunia.[28] Injil Markus juga memiliki persamaan dengan kedua Injil lainnya (Mat dan Luk), sebab sama-sama menunjukkan gambaran yang cenderung serupa khususnya tentang pemberitaan pekerjaan/pelayanan dan ajaran Kristus dan di beberapa bagian ditemukan saling ketergantungan antara ketiga Injil.[29]

2.2      Pendapat Para Ahli tentang Injil Markus 16:17

Robert W. Funk mengatakan bahwa sumber dari pada Markus 16:15-21, bukan merupakan bagian dari teks asli dari Markus. Setetiap ayat tidak ditemukannya manuskrib-manuskrib atau naskah yang baik serta kosa kata dan gaya  bahasanya berbeda dengan injil-injil lainnya.[30]
William Barclay juga mengatakan bahwa Injil Markus, sebenarnya diakhiri dengan Markus 16 : 8. Cukup dengan membaca perikop ini, yaitu Markus 16:9-20 akan terlihat betapa berbedanya bagian ini dengan bagian-bagian sebelumnya. Lagi pula, perikop ini tidak ditemukan dalam naskah-naskah utama untuk kitab Injil Markus. Markus 16:17 merupakan ikhtisar yang ditulis kemudian hari untuk menggantikan bagian akhir yang tidak sempat ditulis oleh Markus sebelum ia wafat, atau sempat ditulis tetapi dikemudian hari hilang dalam perjalanan waktu. Markus 16:9-20 ini lebih mengutamakan mengenai “pengustusan gereja” tentang “ kewajiban gereja”.[31] 
Eduard Schweizer dalam bukunya The Good News According To Mark  bahwa penyusunan materi dapat dipahami dari Markus sejak pemberitaan dari pemberitaan dari penderitaan Yesus yang diikuti dengan kesalah pahaman murid-murid Yesus, hal ini dapat dilihat ketika Yesus dapatkah kamu meminum cawan yang dapat kuminum dan ini juga ditemukan dalam Kitab Johanes 18:11dan mengenai babtisan yang dapat juga dilihat dalam Luk 12:50, dan sejauh yang diketahui oleh Eduard schweizer bahwa anak-anak Zebedeus tidak mempunyai pengalaman mengenai mati martir dan hal tersebutlah yang membuat murid-murid Yesus menjadi salah paham.[32]
Dalam sebahagian besar tafsiran modren orang tidak bertolak dari keutuhan Injil menurut Markus. Injil ini terutama diperiksa dari sudut pandang ketegangan antara tradisi dan naskah hasil redaksi atau dari sudut masukan teologis si penulis sendiri (demikianlah Pesch, Schmithals, Erns, Haenchen, Gnilka, dan Heyer, Luhrmann) ketika membahas sebuah perikop. Pada tahun 1970-an beberapa pakar kembali menganjurkan supaya seluruh tradisi naskah diteliti (Pickering, Sturz, Van Bruggen).[33]



[1] Lih. William Urwick, Lexicon of New Testament Greek, evkbalou/sin (New York T. & T. Clark Edinburg, 1945), hlm. 190
[2] Lih., Greeven, evkba,llw dalam Gerhard Kittel (ed) Theological Dictionary of the New Testament: Vol. V, Grand Rapids, Michigan 1976:   hlm
[3] Lih. William Urwick, Lexicon of New Testament Greek, daimo,nia (New York T. & T. Clark Edinburg, 1945), hlm. 156.
[4] William F. Arndt & F. Wilbur Gingrich, Greek-Englis Lexicon of The New Testamen and Other Early Christian Literature, The University of Chicago Press, England 1957:hlm. 168
[5] Lih. William Urwick, Lexicon of New Testament Greek, ovno,mati (New York T. & T. Clark Edinburg, 1945), hlm. 306.
[6] Lih., Greeven, ovno,ma dalam Gerhard Kittel (ed) Theological Dictionary of the New Testament: Vol. V, Grand Rapids, Michigan 1976:   hlm. 243-245
[7] JD. Douglas, (dkk),  Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid II, (Jakarta YKBK/OMF 2003), hlm. 123
[8] Lih. Bruce Milne, Mengenal Kebenaran, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 1993 : hlm. 185-186
[9]Lih., Greeven, daimo,nion dalam Gerhard Kittel (ed) Theological Dictionary of the New Testament: Vol. V, Grand Rapids, Michigan 1976:   hlm. 279-282
[10] Lih., H. Bietenhard, Satan, Beelzebul, Devil, Exorcism, dalam Colin Brown, New Testament Theology: hlm. 469-472
[11] Lih., Hermann Cemer, Biblico-Theological: hlm. 121
[12] Lih. Doremus A. Hayes, The Synoptic Gospels And The Book Of Acts, Methodist Book Concern, New York 2006: hlm.105.
[13]JD. Douglas, (dkk),  Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid II, (Jakarta YKBK/OMF 2003), hlm. 30
[14] Lih. Keene, Michael, Alkitab Sejarah, Proses Terbentuk, dan Pengaruhnya, Kanasius Yokyakarta : hlm. 106.
[15] Lih Bolkestein. M. H, Kerajaan Yang Terselubung, BPK-GM  Jakarta 2004: hlm. 208.
[16] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1: Allah, manusia, Kristus, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2008: hlm. 246-247.
[17] Willi Marxen, Pengantar Perjanjian Baru : Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-Masalahnya, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2006: hlm. 170
[18] Papias adalah seorang Uskup dari Herapolis (140 M) yang mendapat informasi dari Eusebius bahwa penulis Injil Markus bukanlah Markus murid Yesus. Informasi dari Papias inilah yang menjadi dasar bagi tradisi yang menghubungkan Injil Markus dengan Petrus, sebab apa yang dituliskan dalam Injil Markus merupakan catatan-catatan pribadi penulis mengenai khotbah Petrus, walaupun catatan tersebut tidak ditulis secara teratur/kronologis. (lih. WRF. Browning, Kamus Alkitab, BPK. Gunung Mulia, Jakarta 2007: hlm. 304-305) Markus juga disebut si Jari Buntung (kolobodaktulos) sebab jari-jarinya kelihatan pendek dibandingkan anggota tubuhnya yang lain. (lih. JD. Douglas, (dkk) Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid II, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, OFM, Jakarta 1995: hlm. 29
[19] M.E. Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru, BPK. Gunung Mulia, Jakarta 2006: hlm. 59-60
[20] Lih. B.F. Drewes, Satu Injil Tiga Pengkabar, BPK-Gunung Mulia, Jakarta...................................................
[21] Wismoady Wahono, Di sini Ku Temukan, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2004: hlm. 371.
[22] David Rhoads, Injil Markus Sebagai Cerita, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2000: hlm.37-65.
[23] J.Delorme, Injil Markus, Kanisius, Yogyakarta 1978: hlm.56-57.
[24] Jagersma, Dari Aleksander Agung sampai Bar Kokhba: sejarah Israel dari ± 330 SM-135 M, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2003,hlm. 209
[25] Jagersma, Dari Aleksander Agung sampai Bar Kokhba: sejarah Israel dari ±330 SM-135 M, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2003,hlm. 214-215.
[26] Ada tradisi yang mengatakan bahwa Markus telah mulai menulis Injilnya ketika Petrus masih hidup, dan diselesaikan setelah kematian Petrus, tetapi sebagian mengatakan bahwa Injil Markus telah selesai ditulis pada saat Petrus masih hidup. (lih. JD. Douglas, dkk, Op.Cit, 29)
[27] Italia sebagai tempat penulisan Injil Markus didukung oleh penggunaan bahasa Latin yang banyak ditemukan dalam Injil Markus, seperti Dinar (Mrk 6:37), Legion (Mrk 5:9), Kodrantes (Mrk 12:42) dan beberapa ungkapan Latin, atau mungkin di tempat dimana bahasa Yunani dipengaruhi bahasa Latin (lih. M.E. Duyverman, Op.Cit, 61)
[28] M.E. Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru, BPK. Gunung Mulia, Jakarta 2006: hlm. 59-60
[29] Lih. JD. Douglas, (dkk),  Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid II, (Jakarta YKBK/OMF 2003), hlm. 30
[30] Robert W. Funk, The Gospel of Mark: red letter edition, Polebridge Press, Sonama, California 1926: hlm. 233
[31] William Barclay, Memahami Alkitab sehari-hari: Injil Markus, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2003: hlm.  619
[32] Lih. Eduard Schweizer The Good News According to Mark.  John Knox Press, Atlanta 1970: hlm. 218.
[33] Lih Bruggen Van Jakob, Markus Injil Menurut Petrus, BPK-GM Jakarta 2006: hlm. 25-26.